25 Juni 2025

Berhenti Mencari Validasi: Pulih Itu Ketika Kamu Mulai Mempercayai Diri Sendiri

Pernahkah kamu merasa cemas jika tidak mendapat respons dari orang lain? Merasa tenang hanya jika dipuji, dan merasa gagal saat tidak di notice?


Jika iya, bisa jadi kamu terlalu lama hidup untuk mendapat validasi eksternal dan inilah yang sering menghambat proses pemulihan diri.

 

Apa Itu Validasi Eksternal?

 

Validasi eksternal adalah kebutuhan akan pengakuan, dukungan, atau persetujuan dari orang lain agar merasa diri kita berharga.


Contoh sederhananya: memeriksa likes setelah mengunggah sesuatu, bertanya pada orang lain sebelum mengambil keputusan pribadi, merasa tidak cukup baik jika tidak mendapat pujian.

 

Mencari validasi bukan hal yang salah. Kita semua butuh pengakuan. Tapi ketika harga dirimu bergantung penuh pada itu, kamu mulai kehilangan kepercayaan pada suara hatimu sendiri.

 

Bagaimana Validasi Menghambat Pemulihan?

 

1. Membuatmu Meragukan Proses Pribadi


Kamu tahu apa yang kamu butuhkan, tapi menundanya karena takut tidak disetujui orang lain.

 

2. Mengabaikan Emosi Diri Demi Terlihat “Baik”


Kamu berpura-pura bahagia, karena takut dianggap lemah saat mengaku lelah.

 

3. Menunda Pemulihan Karena Fokus pada Citra, Bukan Isi


Kamu fokus agar terlihat "baik-baik saja", bukan benar-benar merasa lebih baik.

 

Tanda Kamu Terjebak Mencari Validasi

 

1. Sering mengulang-ulang keputusan karena ragu jika tidak didukung orang lain.

 

2. Takut menolak sesuatu walau tak nyaman, karena takut dinilai egois.

 

3. Merasa gelisah saat tidak mendapat respons dari orang sekitar.

 

Jika ini terjadi, ini bukan tanda kamu lemah. Ini tanda kamu perlu belajar kembali percaya pada dirimu sendiri.

 

Bagaimana Cara Mulai Percaya pada Diri Sendiri?

 

1. Latih Keputusan Kecil


Mulai dari hal sederhana: pilih makanan, baju, atau rencana tanpa bertanya pada siapa pun.

 

2. Dengarkan Intuisi, Bukan Ekspektasi


Tanyakan: “Apa yang sebenarnya aku rasakan?”, bukan “Apa yang harusnya aku lakukan biar terlihat benar?”

 

3. Tahan Keinginan Mendapat Persetujuan Cepat


Belajar menenangkan diri bahkan tanpa respons dari luar adalah tanda kestabilan batin.

 

4. Jurnal: “Kenapa Aku Butuh Validasi Ini?”


Tuliskan kapan kamu merasa butuh pengakuan, dan apa yang sebenarnya kamu cari: kasih sayang? rasa aman?

 

5. Ubah Pertanyaan dari “Apa Kata Mereka?” ke “Apa Kata Hatiku?”


Hanya kamu yang menjalani hidupmu, bukan mereka.

 

Kesimpulan

 

Pemulihan yang sejati tidak akan bisa berlangsung jika kamu terus bertanya, “Apa kata orang?”
Ia baru benar-benar dimulai saat kamu berkata, “Aku mempercayai diriku sendiri, bahkan jika dunia tidak mengerti.” Karena tak ada validasi yang lebih kuat selain dari dalam dirimu sendiri.

 

Psikotes resmi HIMPSI dari biro psikologi Smile Consulting Indonesia menawarkan solusi asesmen psikologi yang valid dan dapat diandalkan, memastikan hasil yang optimal untuk berbagai keperluan Anda.
 

Referensi:

Branden, N. (1994). The Six Pillars of Self-Esteem. Bantam.

Brown, B. (2012). Daring Greatly. Gotham Books.

Neff, K. (2011). Self-Compassion: The Proven Power of Being Kind to Yourself. William Morrow.

Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The "what" and "why" of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268. 

American Psychological Association. (2023). Why Self-Validation Matters. 

Artikel Terkait

25 Juni 2025
Pernahkah kamu merasa tertinggal karena melihat orang lain tampak sudah “lebih jauh” dalam hidupnya?Temanmu sudah menikah, punya pekerjaan mapan, atau tampak pulih dari luka yang serupa dengan milikmu...
20 Juni 2025
Tidur sering dianggap sebagai waktu istirahat pasif bagi tubuh dan otak. Namun, sebenarnya tidur adalah proses aktif yang sangat penting, termasuk saat kita bermimpi. Mimpi tidak hanya sekadar cerita...
20 Juni 2025
Di dalam ruang terapi, ada sebuah kursi kosong. Tidak ada siapa pun yang duduk di sana. Tapi bagi klien, kursi itu bisa berisi siapa saja: orang tua yang telah tiada, pasangan yang tak mau bicara, ata...