Pernahkah kamu merasa tertinggal karena melihat orang lain tampak sudah “lebih jauh” dalam hidupnya?
Temanmu sudah menikah, punya pekerjaan mapan, atau tampak pulih dari luka yang serupa dengan milikmu sementara kamu masih merasa hancur di dalam.
Perbandingan seperti ini bisa sangat menyakitkan, terlebih jika kamu sedang berada dalam masa pemulihan. Tapi penting untuk diingat: proses setiap orang berbeda, dan tidak bisa disamakan.
Pemulihan dari patah hati, trauma, kehilangan, kelelahan emosional, atau gangguan kesehatan mental tidak punya satu kurva standar. Sama seperti luka fisik: satu orang bisa sembuh dari operasi dalam seminggu, orang lain butuh berbulan-bulan. Yang membedakan?
1. Kedalaman lukanya
2. Dukungan yang dimiliki
3. Pengalaman hidup sebelumnya
4. Lingkungan yang menopang atau menekan
Jadi mengapa kita terus membandingkan proses batin yang tak kasat mata?
1. Memunculkan Rasa Gagal Palsu
Kamu merasa “lebih lambat” → muncul rasa malu → malah makin sulit pulih.
2. Menciptakan Tekanan yang Tidak Perlu
Bukannya fokus pada kebutuhan diri, kamu sibuk mengejar “standar” orang lain.
3. Mengabaikan Kemajuan Kecil
Karena sibuk menilai kecepatan orang lain, kamu lupa menghargai langkah-langkahmu sendiri.
1. Kamu sering merasa cemas saat membuka media sosial.
2. Kamu merasa senang untuk orang lain, tapi diiringi rasa iri dan rendah diri.
3. Kamu jadi terlalu keras pada diri sendiri tanpa tahu alasannya.
Jika ini terjadi, itu bukan karena kamu lemah. Itu sinyal bahwa kamu perlu menyadari bahwa dirimu adalah orang yang unik, dengan perjalanan yang tidak bisa di copy paste.
Cobalah renungkan:
1. Apa satu hal yang hari ini kamu bisa lakukan, yang dulu terasa mustahil?
2. Apa pelajaran yang hanya bisa kamu pelajari karena melalui luka ini?
Pertumbuhan seringkali tidak tampak dari luar. Tapi batinmu tahu kamu sudah jauh berjalan.
"Perjalananmu adalah milikmu. Jangan mencemari keindahannya dengan membandingkannya dengan milik orang lain."
Kita semua pernah merasa “tertinggal”. Tapi kenyataannya, tidak ada garis akhir yang sama untuk semua orang. Kamu tidak lambat, kamu tidak gagal, kamu sedang menyembuhkan dengan cara yang sesuai untuk dirimu.Dan itu lebih dari cukup.
Biro psikologi Smile Consulting Indonesia dikenal sebagai pusat asesmen Indonesia yang memberikan berbagai layanan, termasuk jasa psikotes dan asesmen individu, dengan proses yang efisien dan hasil mendalam.
Gilbert, P. (2009). The Compassionate Mind. New Harbinger Publications.
Brown, B. (2010). The Gifts of Imperfection. Hazelden Publishing.
Neff, K. (2011). Self-Compassion: The Proven Power of Being Kind to Yourself. William Morrow.
Festinger, L. (1954). A theory of social comparison processes. Human Relations, 7(2), 117–140.
American Psychological Association. (2023). Why We Compare Ourselves to Others and How to Stop.