27 Oktober 2025

Tes Maze Porteus: Mengukur Kemampuan Perencanaan Secara Nonverbal

Pendahuluan

 

Dalam kehidupan sehari-hari, kemampuan untuk merencanakan langkah dan memecahkan masalah adalah bagian penting dari kecerdasan seseorang. Menariknya, kemampuan ini bisa diukur tanpa harus menggunakan bahasa atau kata-kata. Salah satu alat yang digunakan psikolog untuk menilai kemampuan tersebut adalah Tes Maze Porteus (Porteus Maze Test). Tes ini berbentuk jalur-labirin sederhana yang harus diselesaikan peserta dengan cara menggambar jalan keluar tanpa terjebak atau mundur.

 

Apa Itu Tes Maze Porteus?

 

Tes Maze Porteus pertama kali dikembangkan oleh Stanley D. Porteus pada tahun 1914 sebagai alat ukur nonverbal untuk menilai fungsi perencanaan, kontrol impuls, dan kemampuan berpikir logis. Karena sifatnya nonverbal, tes ini dapat digunakan untuk individu dari berbagai usia dan latar belakang budaya, termasuk mereka yang memiliki kesulitan berbahasa atau gangguan bicara.

 

Dalam pelaksanaannya, peserta diminta menelusuri serangkaian gambar labirin yang tingkat kesulitannya meningkat secara bertahap. Setiap kesalahan, seperti jalan buntu atau langkah mundur, akan dicatat dan dijadikan dasar untuk menilai bagaimana seseorang merencanakan, mengantisipasi hambatan, dan mengontrol tindakannya. Oleh karena itu, tes ini banyak digunakan dalam konteks evaluasi neuropsikologis, pendidikan khusus, maupun asesmen klinis.

 

Fungsi dan Manfaat

 

Tes Maze Porteus membantu psikolog memahami bagaimana seseorang memproses informasi dan mengambil keputusan dalam situasi yang membutuhkan perencanaan dan pengendalian diri. Hasil tes tidak hanya menunjukkan tingkat kecerdasan, tetapi juga gaya berpikir dan ketelitian individu. Misalnya, seseorang yang terlalu terburu-buru mungkin sering membuat kesalahan pada jalur, sedangkan individu yang teliti akan lebih lambat namun jarang salah.

 

Tes ini juga bermanfaat dalam mendeteksi gangguan pada fungsi eksekutif otak, seperti kesulitan dalam mengatur tindakan, impulsivitas, atau penurunan kemampuan kognitif akibat cedera otak. Dalam dunia pendidikan, tes ini dapat digunakan untuk mengenali potensi anak dalam berpikir strategis dan memecahkan masalah secara sistematis.

 

Kesimpulan

 

Tes Maze Porteus merupakan salah satu alat ukur penting dalam psikologi untuk menilai kemampuan perencanaan dan pengendalian diri secara nonverbal. Dengan bentuknya yang sederhana namun bermakna, tes ini membantu psikolog memahami cara seseorang berpikir dan menyusun strategi dalam menghadapi tantangan. Tes ini mengingatkan kita bahwa kecerdasan bukan hanya soal kata-kata atau angka, tetapi juga tentang bagaimana seseorang merencanakan langkah-langkahnya dalam menyelesaikan masalah kehidupan.


 

Sebagai bagian dari pusat asesmen Indonesia, biro psikologi Smile Consulting Indonesia menghadirkan solusi asesmen psikologi dan psikotes online berkualitas tinggi untuk kebutuhan evaluasi yang komprehensif.


 

Referensi

Lezak, M. D., Howieson, D. B., Bigler, E. D., & Tranel, D. (2012). Neuropsychological assessment (5th ed.). New York, NY: Oxford University Press.

Porteus, S. D. (1965). The Porteus Maze Test and its applications. Palo Alto, CA: Pacific Books.

Spreen, O., & Strauss, E. (1998). A compendium of neuropsychological tests: Administration, norms, and commentary (2nd ed.). New York, NY: Oxford University Press.

American Psychological Association. (2023). APA dictionary of psychology. Retrieved from https://dictionary.apa.org/


 

Artikel Terkait

31 Oktober 2025
Di era digital, Gen Z tumbuh dalam lingkungan yang serba cepat, penuh informasi, dan sangat terhubung dengan dunia maya. Dalam proses pencarian jati diri, mereka tidak hanya mengandalkan pengalaman ny...
30 Oktober 2025
Dalam beberapa tahun terakhir, tren self-diagnose melalui tes psikologi online semakin marak, terutama di kalangan anak muda yang aktif menggunakan media sosial. Kemudahan akses internet membuat orang...
29 Oktober 2025
Pendahuluan Dunia psikologi terus berkembang seiring kemajuan teknologi digital. Kini, pengukuran psikologis tidak lagi terbatas pada kertas dan pensil, tetapi mulai bertransformasi menjadi pengalaman...