Dalam dunia psikologi, cara seseorang memilih, menolak, atau tertarik pada sesuatu sering kali dapat mengungkap bagian terdalam dari kepribadiannya. Salah satu alat yang dikembangkan untuk menggali hal tersebut adalah Tes Szondi, sebuah tes proyektif yang didasarkan pada pemilihan foto. Tes ini dirancang untuk mengidentifikasi dorongan bawah sadar yang memengaruhi perilaku dan hubungan seseorang dengan orang lain.
Tes Szondi dikembangkan oleh Leopold Szondi, seorang psikiater asal Hungaria, pada tahun 1935. Ia berpendapat bahwa pilihan seseorang terhadap wajah orang lain mencerminkan aspek-aspek tidak sadar dari dirinya sendiri. Dalam pelaksanaannya, peserta diperlihatkan 48 foto wajah individu dengan berbagai ekspresi dan latar belakang psikopatologis (misalnya, wajah orang dengan gangguan kepribadian, skizofrenia, atau epilepsi). Peserta kemudian diminta memilih wajah yang paling disukai dan paling tidak disukai dari setiap kelompok foto.
Pilihan tersebut kemudian dianalisis untuk mengungkap kecenderungan afektif, konflik batin, serta dorongan naluriah yang tersembunyi dalam diri seseorang. Dengan kata lain, Tes Szondi berusaha “membaca” kepribadian seseorang melalui cara ia bereaksi terhadap wajah orang lain.
Menurut teori Szondi, setiap manusia memiliki dorongan bawaan yang berkaitan dengan warisan genetik dan pengalaman emosional yang mendalam. Melalui tes ini, psikolog dapat menilai kecenderungan instingtif, konflik bawah sadar, serta potensi hubungan interpersonal seseorang.
Tes ini digunakan dalam berbagai konteks, seperti asesmen klinis, konseling kepribadian, hingga penelitian psikodinamik. Meski metode interpretasinya kompleks dan membutuhkan keahlian khusus, hasilnya bisa memberikan wawasan berharga mengenai struktur kepribadian dan motivasi terdalam individu.
Kelebihan Tes Szondi adalah kemampuannya mengungkap aspek-aspek tidak sadar yang tidak mudah dijangkau melalui wawancara atau tes kepribadian biasa. Selain itu, sifatnya nonverbal membuat tes ini dapat digunakan untuk individu dengan kemampuan verbal yang terbatas.
Namun, tes ini juga memiliki keterbatasan. Interpretasinya sangat bergantung pada keahlian psikolog, dan hasilnya dapat dipengaruhi oleh faktor situasional atau budaya. Karena itu, Tes Szondi kini lebih banyak digunakan sebagai alat pendukung dalam asesmen psikologis, bukan sebagai satu-satunya dasar diagnosis.
Tes Szondi menawarkan cara unik untuk memahami kepribadian manusia melalui pilihan emosional yang tampak sederhana namun sarat makna. Meskipun penggunaannya kini tidak sepopuler tes proyektif lain seperti Rorschach atau TAT, Tes Szondi tetap menjadi bagian penting dalam sejarah psikologi proyektif. Tes ini mengingatkan kita bahwa setiap pilihan yang kita buat bisa mencerminkan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar “selera”, mungkin juga cerminan dari diri bawah sadar kita.
Sebagai bagian dari pusat asesmen Indonesia, biro psikologi Smile Consulting Indonesia menghadirkan solusi asesmen psikologi dan psikotes online berkualitas tinggi untuk kebutuhan evaluasi yang komprehensif.
Szondi, L. (1947). Experimental diagnostics of drives: The clinical picture of the human drives. New York, NY: Grune & Stratton.
Cramer, P. (1999). Storytelling, narrative, and the Thematic Apperception Test. New York, NY: Guilford Press.
Linden, M. (2017). The Szondi test: A forgotten personality test—A short introduction. Psychopathology, 50(5), 331–338. https://doi.org/10.1159/000477547
American Psychological Association. (2023). APA dictionary of psychology. Retrieved from https://dictionary.apa.org/