Pernahkah kamu merasa reaksi emosimu terlalu besar terhadap suatu hal yang terlihat sepele? Misalnya, kamu marah luar biasa hanya karena seseorang mengabaikan pendapatmu. Atau tiba-tiba merasa cemas ketika harus berhadapan dengan sosok otoritas. Mungkin itu bukan tentang kejadian saat ini, melainkan tentang luka lama yang belum selesai. Luka dari masa kecil yang masih hidup dalam dirimu yang dewasa itulah yang disebut sebagai inner child.
Istilah ini merujuk pada bagian dari diri kita yang masih membawa pengalaman emosional dari masa kanak-kanak. Meskipun tubuh kita bertumbuh dan pikiran menjadi lebih kompleks, bagian “anak kecil” itu tetap tinggal di dalam. Terkadang dia ceria dan spontan, tapi kadang juga terluka dan ketakutan. Mari kita bahas lebih dalam tentang bagaimana inner child memengaruhi kesehatan psikologis kita, dan bagaimana kita bisa mulai berdamai dengannya.
Inner child bukanlah makhluk terpisah atau konsep spiritual semata. Ia adalah bagian dari sistem psikologis kita kumpulan emosi, memori, dan respons yang terbentuk sejak usia dini. Pengalaman seperti diabaikan, ditolak, atau tidak didengar oleh figur penting seperti orang tua atau guru bisa meninggalkan bekas emosional yang mendalam.
Masalahnya, emosi yang tidak tuntas atau tidak diproses itu tetap "tersimpan", dan bisa muncul kembali dalam berbagai bentuk di kehidupan dewasa. Misalnya:
Semua itu adalah gema dari pengalaman masa kecil yang tidak terselesaikan.
Kadang, kita tidak sadar bahwa yang sedang bicara dalam diri kita adalah suara dari masa lalu. Namun, ada beberapa tanda yang bisa menunjukkan bahwa inner child kita masih menyimpan luka:
Jika kamu sering mengalami salah satu atau beberapa dari hal ini, mungkin saatnya kamu mengenali dan berbicara dengan bagian dirimu yang masih kecil itu.
Masa kanak-kanak adalah fase pembentukan dasar identitas dan cara kita melihat dunia. Jika di masa itu kita mengalami situasi emosional yang berat seperti penolakan, pengabaian, kekerasan, atau kehilangan—tanpa dukungan yang memadai, otak kita belajar bahwa “dunia tidak aman”, atau bahwa “aku tidak cukup baik”. Keyakinan ini bisa melekat sangat lama karena ditanam di masa ketika kita belum punya kemampuan memproses secara rasional.
Karena luka ini tertanam dalam bawah sadar, kita bisa membawanya ke mana-mana tanpa sadar. Bahkan saat kita sudah punya pendidikan tinggi, karier bagus, dan hubungan yang stabil, inner child yang terluka bisa tetap muncul dan mengganggu keseharian.
Menyembuhkan inner child bukan berarti menghapus masa lalu, tapi memberikan respons baru atas luka lama yang dulu tidak sempat kita tangani dengan baik. Berikut beberapa langkah yang bisa mulai kamu lakukan:
Amati kapan kamu merasa emosimu “meledak” atau tiba-tiba merasa tidak aman. Tanyakan pada diri sendiri, “Perasaan ini mirip dengan apa yang dulu aku alami?” Kesadaran ini penting sebagai langkah awal penyembuhan.
Ketika bagian dari dirimu merasa terluka, jangan buru-buru menyalahkan atau mengabaikannya. Dengarkan perasaan itu seperti kamu mendengarkan anak kecil yang butuh pelukan. Katakan secara internal, “Tidak apa-apa kamu merasa seperti ini. Aku di sini sekarang.”
Luangkan waktu untuk menulis surat kepada dirimu saat kecil. Ceritakan bahwa sekarang kamu sudah dewasa dan bisa melindungi dirinya. Latihan ini membantu membangun koneksi emosional dan membawa ketenangan.
Memberi ruang bagi diri untuk istirahat, bermain, atau sekadar merasakan tanpa harus selalu “produktif” adalah bentuk kasih sayang kepada inner child. Dengan begitu, kamu tidak lagi hidup dalam mode bertahan, tapi mulai hidup dalam mode penyembuhan.
Jika luka yang muncul terasa berat atau memengaruhi hubungan dan kehidupan sehari-hari, berbicara dengan psikolog bisa menjadi langkah besar menuju pemulihan. Terapi membantu membuka pola-pola lama dan menawarkan cara baru untuk berdamai.
Inner child bukanlah sesuatu yang perlu disangkal atau ditakuti. Ia adalah bagian dari kita yang dulu pernah terluka, tapi kini sedang mencari tempat yang aman untuk didengar dan dipeluk. Dengan mulai menyadari kehadirannya, kita bisa menjalani hidup dewasa yang lebih utuh—bukan dengan mengubur masa lalu, tapi dengan merangkulnya secara penuh.
Biro psikologi Smile Consulting Indonesia menyediakan jasa psikotes untuk berbagai kebutuhan asesmen psikologi, baik untuk individu maupun perusahaan. Layanan kami dirancang untuk memberikan hasil yang akurat dan terpercaya.