Di dalam ruang terapi, ada sebuah kursi kosong. Tidak ada siapa pun yang duduk di sana. Tapi bagi klien, kursi itu bisa berisi siapa saja: orang tua yang telah tiada, pasangan yang tak mau bicara, atau bahkan sisi diri yang lama terpendam. Inilah inti dari The Empty Chair Technique, salah satu metode paling khas dalam terapi Gestalt.
Meski terlihat sederhana berbicara dengan kursi kosong teknik ini bisa membongkar luka, mengurai konflik batin, dan memulihkan bagian diri yang selama ini diabaikan.
Terapi Gestalt adalah pendekatan psikoterapi humanistik yang menekankan kesadaran penuh terhadap pengalaman saat ini, tanggung jawab pribadi, dan integrasi aspek-aspek diri yang terpecah. Dikenalkan pada pertengahan abad ke-20, pendekatan ini menolak analisis yang terlalu rasional dan memilih membimbing klien untuk menyadari apa yang sedang terjadi dalam dirinya, di sini dan sekarang.
Tujuannya bukan hanya mengerti “mengapa” seseorang merasa seperti itu, tetapi benar-benar mengalami dan menyadari “apa” yang sedang dirasakan.
Dalam praktiknya, klien duduk menghadap sebuah kursi kosong dan diminta untuk membayangkan seseorang atau bagian dari dirinya duduk di sana. Lalu, klien diajak untuk berbicara seolah-olah lawan bicaranya benar-benar hadir. Setelah itu, klien berpindah ke kursi kosong dan merespons dari perspektif “lawan bicara” tadi.
Dialog ini bisa berlangsung dua arah: klien berpindah-pindah kursi, berbicara dan menjawab dari dua sisi baik sebagai dirinya maupun sebagai bayangan dari orang lain atau bagian diri.
1. Membawa yang tak terucap menjadi nyata
Banyak konflik emosional tetap terpendam karena tidak pernah benar-benar diekspresikan. Kursi kosong memberi ruang aman untuk “mengatakan yang tak pernah dikatakan”.
2. Menyatukan bagian diri yang terpecah
Sering kali kita merasa “terbelah” antara bagian diri yang kuat dan yang rapuh, antara yang ingin maju dan yang takut. Teknik ini membantu menyatukan konflik batin itu.
3. Membangun empati dan perspektif baru
Saat kita duduk di “kursi lawan bicara”, kita dilatih melihat dari sudut pandangnya. Ini membuka ruang empati, bahkan pada orang yang pernah menyakiti.
4. Mengakhiri siklus yang menggantung
Dalam banyak kasus, orang menyimpan luka dari hubungan yang tidak selesai. Teknik ini membantu menutup bab-bab emosional yang belum ditutup secara sadar.
1. Seorang anak dewasa yang ingin “berbicara” pada ayah yang telah meninggal, mengungkapkan amarah, kerinduan, atau permintaan maaf.
2. Seorang wanita yang selalu merasa tidak cukup baik, berbicara dengan “bagian dalam dirinya” yang selalu mengkritik.
3. Seorang klien yang ingin memaafkan diri sendiri atas keputusan di masa lalu, dengan memisahkan diri masa kini dan diri masa lalu ke dua kursi berbeda.
Idealnya, ya. Seorang terapis yang terlatih akan membantu proses ini agar tetap aman secara emosional. Namun dalam beberapa kasus, versi sederhana dari teknik ini bisa dilakukan secara mandiri—dengan menulis dialog atau berbicara dalam ruang pribadi yang tenang.
Penting untuk diingat: tujuannya bukan akting atau dramatisasi, melainkan kejujuran emosional. Yang dibutuhkan bukan kata-kata indah, tapi keberanian untuk menghadapi isi hati.
The Empty Chair tampaknya hanya alat. Tapi bagi banyak orang, itu adalah awal dari penyembuhan. Dalam kursi kosong itu, kita bertemu dengan bayangan bukan untuk dihukum, tapi untuk dipahami. Kita bertemu dengan luka, bukan untuk dihindari, tapi untuk dipeluk. Mungkin selama ini kita menunggu orang lain untuk mengucapkan kata maaf, penjelasan, atau penerimaan. Namun melalui terapi ini, kita belajar bahwa kita sendiri bisa menciptakan ruang itu. Dan dari dialog yang tampaknya “fiktif” itu, lahir kejujuran yang paling nyata.
Biro psikologi Smile Consulting Indonesia menyediakan jasa psikotes untuk berbagai kebutuhan asesmen psikologi, baik untuk individu maupun perusahaan. Layanan kami dirancang untuk memberikan hasil yang akurat dan terpercaya.
Perls, F., Hefferline, R., & Goodman, P. (1951). Gestalt Therapy: Excitement and Growth in the Human Personality.
Corey, G. (2013). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Cengage Learning.
Joyce, P., & Sills, C. (2014). Skills in Gestalt Counselling & Psychotherapy. SAGE Publications.